Kamis, 12 Maret 2009

Olimpiade Farmasi, Tinggi Kemampuan Kimia Dasar Siswa Indonesia

Fakultas Farmasi- Warta Unair
Selama ini, Fakultas Kedokteran selalu menjadi tujuan utama siswa-siswa SMA selepas lulus, terutama mereka yang berasal dari jurusan IPA. Biasanya, mereka menempatkan Fakultas Kedokteran sebagai pilihan utama, namun kemudian dibingungkan untuk pilihan kedua. Karena itu, Fakultas Farmasi Universitas Airlangga berusaha mengenalkan prospek Fakultas Farmasi kepada siswa-siswa SMA melalui Olimpiade Farmasi.
Lebih dari 50 tim, yang beranggotakan 3 orang tiap tim, dari SMA-SMA se-Jawa, Bali, dan Kalimantan berkompetisi mewakili sekolah-sekolah mereka di semifinal Olimpiade Farmasi Universitas Airlangga. Mereka terpilih setelah melalui selekda yang diikuti oleh sekitar 1000 peserta. Dari babak semifinal tersebut, terpilih lima tim yang maju ke babak final. Kelima tim tersebut adalah SMAN 4 Denpasar, SMAN 1 Yogyakarta, SMAK Petra 1 Surabaya, SMA Darul Ulum Jombang, dan SMAN 2 Lumajang.
“Ini cukup menggembirakan, karena kelima tim ini mewakili seluruh wilayah peserta. Ini artinya kemampuan peserta cukup merata,” terang Syamir, salah seorang panitia.

Dalam final Olimpiade ini, tim-tim yang menjadi finalis harus melewatii serangkaian babak dan mengumpulkan poin. Babak pertama disebut Racing the Time. Di sini, peserta diuji kemampuannya menjawab pertanyaan dengan batas waktu. Yang kedua adalah babak Who Am I, di mana peserta harus mengenali tanaman-tanaman obat.
Syamir mengatakan, babak Who Am I ini adalah terobosan baru dalam Olimpiade Farmasi Unair. Melalui babak ini, peserta dikenalkan pada dunia farmasi botani, di mana banyak tanaman yang biasa ditemui sehari-hari ternyata memiliki khasiat sebagai obat. Diharapkan, peserta menjadi semakin tertarik dengan dunia farmasi.
Babak berikutnya adalah praktikum. Di sini, peserta dihadapkan pada semacam minilab dan melakukan praktik farmasi layaknya mahasiswa. Ada lima jenis lab, yaitu lab botani farmasi, lab kalor penguapan, lab biokimia, lab kimia analisis, dan lab preskripsi. Tiap tim di-rolling untuk mencoba seluruh lab.
Kemudian, babak-babak selanjutya adalah Bet and Win, Sketch the Curve, dan yang terakhir Catch the Point If You Can. Syamir mengatakan, di antara seluruh babak yang ada, mungkin babak Sketch the Curve adalah babak yang paling sulit. Di sini, peserta harus menggambar kurva dari soal yang diberikan. Terbukti, para peserta baru menyelesaikan soal dalam waktu yang cukup lama.

Mengenai bobot soal yang diberikan, Syamir mengaku sudah berusaha menyesuaikan dengan standar kesulitan kimia dasar yang diajarkan SMA. Mahasiswa asal Malaysia ini mengatakan, bobot soal pada babak selekda dibuat tinggi, untuk menyaring peserta yang memang terbaik. Kemudian pada babak semifinal dan final, bobotnya diturunkan, dan untuk babak final ditambahkan penilaian pada kemampuan praktek.
Menurut Syamir, penilaian kemampuan praktek tidak hanya pada kemampuan menjawab soal dan pemahaman saja, tapi juga mengandung penilaian soft skill, seperti kerja sama, kebersihan, manajemen waktu, dan lainnya.

Hal lain yang menambah kepuasan panitia adalah kemampuan para peserta. Meskipun soal-soal yang diberikan oleh panitia cukup tinggi tingkat kesulitannya, para peserta mampu mengerjakannya. “Bisa dibilang kemampuan kimia siswa-siswa di Indonesia sudah cukup tinggi,” ujar Syamir.
Hasil dari Olimpiade Farmasi ini, juara pertama diraih oleh SMAN 1 Yogyakarta, juara kedua diraih oleh SMAN 2 Lumajang, dan juara ketiga diraih oleh SMAK Petra 1 Surabaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar