Senin, 16 Maret 2009

Menjadi Teman Mereka Yang Tidak Berteman

Ketika kita dapat menjangkau orang yang tidak mengalami kasih – mereka yang tunawisma, mereka yang miskin, mereka yang suka melawan – sesungguhnya kita sedang mengerjakan sesuatu untuk Bapa di Surga. Raja Salomo dalam Amsal menulis : Siapa menghina sesamanya berbuat dosa, tetapi berbahagialah orang yang menaruh belas kasihan kepada orang yang menderita. (Amsal 14:21)

Ken berkata : “Saya keluar dari toko minuman suatu hari. Dan saya melihat seorang pria tunawisma bersandar di tembok. Dia punya pandangan yang menerawang jauh di matanya. Saya berjalan ke arahnya untuk mengatakan sesuatu – tapi saya tidak yakin apakah hal itu mungkin. Lalu saya memperhatikan bahwa ia memakai sesuatu yang tidak biasa dan ikat pinggang berwarna terang – design yang sama seperti yang saya miliki.” Ken berkata sambil menunjukkan miliknya : “Ikat pinggang yang bagus”. Tunawisma itu tersenyum lalu berjalan pergi.

Ken mengatakan dia tidak yakin apa arti pertemuan itu, namun entah bagaimana ia merasa hal itu begitu nyata. Dia telah tersentuh. Benih persahabatan dan hubungan telah tertanam. Orang lain mungkin datang lagi dan menyirami benih itu….

Joan punya pengalaman berbeda. Dia adalah relawan di Community Christian Service Agency di San Diego California dimana para tunawisma, orang miskin dan mereka yang tidak punya pekerjaan datang untuk menerima latihan dan dukungan. Joan telah membuat pertemanan dengan dua orang ‘yang rumah tangganya telah mengalami kekacauan bertahun-tahun’. Joan mengatakan : “Waktu saya pertama kali bertemu mereka, saya sangat terbuka berkata-kata mengungkapkan ketidaksetujuan terhadap semua yang terjadi. Kini, bagaimanapun, saya menemukan adalah sangat efektif untuk tetap berada disitu”.

Sebagai contoh, Joan telah menemani seorang dari mereka berkali-kali ke pengadilan dan kemudian ke penjara untuk menemui anak seorang wanita yang memiliki masalah dengan kecanduan.

“Saya duduk dengan teman lain ketika suaminya ada dalam kamar operasi. Wanita istimewa ini melakukan hal-hal yang sangat menyakitkan pada saya”. Joan menyangka bahwa wanita itu ingin memutuskan hubungan. “Saya pergi ke Tuhan minta pertolongan untuk bisa memaafkan dia”. Menurut Joan, tidak mudah menjadi teman bagi mereka yang miskin, khususnya bila pandangan politik dan juga keyakinan agama begitu berbeda. Menjadi teman mereka yang tidak berteman adalah sesuatu yang Joan tahu untuk melakukannya – mungkin lebih daripada yang saya tahu. Dia adalah tipe seseorang yang akan siap menolong, berapapun harga yang harus dibayar. “Setidaknya aku bisa buat apa?”, Joan bertanya. “Setelah semuanya, barulah saya punya kartu sebagai orang Kristen”.

Mengambil Tantangan

“…Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi… (Lukas 6:35)

Adalah mudah membuat pertemanan dengan mereka yang baik, seorang pengasih, seorang yang lucu, pria atau wanita yang setuju dengan kita, yang percaya apa yang kita lakukan, yang punya nilai yang sama dan yang hidup seperti kita.

Namun bagimana dengan yang tidak berteman? Mereka yang amat miskin, terluka, teraniaya, tidak disukai, orang yang sulit dll? Itu adalah tantangan. Lebih mudah menyumbangkan uang dan barang. Namun kita harus menyebut kata cinta juga para mereka yang tidak dicintai, untuk menjadi teman, untuk menjadi terang, menjadi teman bagi mereka, untuk jadi terang dan garam dalam kegelapan dan memperkaya kemiskinan.

Dan jenis manusia tanpa teman seperti itu tidak hanya mereka yang berjalan di jalanan atau tidur dibawah jembatan, atau berdiri di antrian untuk mendapatkan sarapan gratis. Mereka yang tidak berteman juga adalah tetangga kita diujung jalan, mereka yang mengumpulkan pendapatan besar dan mereka yang menaiki mobil mewah. Dan mereka tidak berteman dengan orang lain, mereka punya hidup penuh keputusasaan, mereka mungkin mempertahankan pekerjaan yang berharkat dan mereka tidak mencolok kemanapun mereka pergi.

Terserah bagi kita untuk mengambil tantangan itu dan menjadi teman mereka yang tidak berteman dimanapun Tuhan menghadirkan mereka kepada kita.

Charles punya kesempatan ketika ia mengambil pekerjaan pada usia 60 tahun di sebuah pusat pertokoan besar di selatan California. Pada saat itu kelihatannya kegiatan itu menjadi akhir perhentian baginya sebelum memasuki masa pensiun. Dia tidak punya gagasan bagaimanapun Tuhan dapat memakai dirinya disana untuk membuat suatu perbedaan dalam kehidupan bagi seorang pria tua yang kesepian.

Persahabatan Yang Tidak Terduga

Untuk kebanyakan orang – bahkan untuk anggota keluarga sendiri, Lou adalah seorang dingin dan tidak ramah, pencuriga dan jauh, dan Charles juga berkata seperti itu. Lou berhubungan dengan orang lain hanya ketika mereka membutuhkan sesuatu dari padanya.

Charles berkata dengan bijaksana tentang orang ganjil ini yang telah bekerja disampingnya selama 10 tahun. Charles adalah seorang salesman di bagian penjualan sepatu sebuah pertokoan sepatu, dan Lou bekerja di bagian penggosokan sepatu toko itu.

“Dia harus diajarkan dengan baik untuk bisa menyelesaikan dan menggosok sepatu”, tambah Charles. “Dan dia sangat menyukai saat orang membutuhkan pelayanannya – ketika dia dapat menolong dengan beberapa cara.”

Penjangkauan Keluar

Charles dapat mengatakan hari mereka bertemu dimana Lou memiliki beberapa teman. Dia dan anak-anaknya yang telah dewasa dijauhi oleh Lou. Lou juga dengan keras membangun benteng antara dirinya dan pegawai yang lain. Namun Charles merasakan dikedalaman permukaan hidup Lou terdapat ketakutan dan kemiskinan. Charles lalu memutuskan untuk menjadi teman Lou.

Charles mulai bergurau pada Lou, berbicara dengannya tentang pelanggan, cuaca, politik, apa saja yang ada diantara mereka. Dan Charles juga mencari pendapat Lou tentang kualitas kulit sepatu, pembuatan sepatu dan nasihat tentang perawatan sepatu. Lou mencintai pekerjaan menggosok sepatu dan Charles kemudian memberinya semangat.

Charles juga memberikan setiap konsumennya sebuah kupon untuk mendapat bonus gosokan sepatu. Segera ada aliran pelanggan yang rutin dan tetap datang pada stand gosokan sepatu milik Lou yang ada di ujung toko sepatu itu. Tidak hanya Charles yang mampu menjangkau Lou – namun sebelum jauh Lou telah bisa menjangkau keluar kepada para pelanggan – menawarkan sejumlah pelayanan ekstra dan mengundang mereka datang kembali. Charles tersenyum mengingat bagaimana ia membuat perubahan secara perlahan yang terjadi sebagai hasil dari tindakan sederhana untuk memulai persahabatan.

Menemukan Suatu Hubungan

Charles mengatakan : “Kami dekat secara usia. Sehingga sampai disitu kami punya sesuatu yang umum – sesuatu jalan untuk berhubungan. Lou suka berbicara tentang “hari tua yang bahagia” dan dia gembira memiliki seseorang di toko yang dapat berhubungan dengannya. Dia juga suka untuk menumpahkan keluhan bahwa dunia tidak lagi sama seperti dulu.

Lou mempunyai kesedihan, kecenderungan negatif, namun pada saat bersamaan dia dapat menjadi seorang yang lucu dan suka menyerang. Charles tertawa ketika di berbicara tentang Lou sebagai tipikal orang yang senang di pagi hari. “Halo bagaimana kabarmu?, tampang kamu jelek! Wah kamu membutuhkan seorang perias. Tidak tahu mengapa saya masih bersama kamu. Kamu hanya beruntung saya rasa”. Charles tertawa dan kembali dengan komentarnya : “Kita akan lakukan seperti ini setiap harinya ok?”

Menerima Perbedaan

“Saya banyak memperhatikan Lou”, kata Charles. “Mungkin dia melakukan hal yang sama pada saya. Saya menemukan beberapa kali sulit untuk berada disekitarnya. Dia pernah mengambil sebuah topik pembicaraan yang ia rahasiakan dan mendadak semua kebencian dan kekecewaan meletus kepada setiap orang yang berdiri disana”.

Kebanyakan Charles membiarkan Lou untuk mengeluarkan kata-kata kasar. Charles berkata : “Lou perlu sesuatu untuk dikatakan – untuk mengomentari sesuatu dengan intensitas yang kuat – mungkin untuk membuat dirinya merasa penting. Dia punya hal kecil lainnya”.

Menangani Tantangan

Charles tertawa kecil ketika menjelaskan bahwa Lou adalah seorang yang bekerja dengan “tangan”. “Dia mendapat keruwetan dengan masalah atau pokok tertentu dan lalu ia akan menumpahkan kegilaannya pada saya”. Namun Charles tidak memaafkan untuk sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan dia. “Malahan saya menantang dia dengan menanyakan pertanyaan keras yang bisa membuat dia berpikir”. Charles pernah bertanya : “Apakah kamu ingin mengakhiri pertemanan dengan cara ini?”. Lalu dia akan terduduk dan mulai membuat lelucon”.

Charles mengakui menjadi tugas baginya untuk bertukar pendapat dengan Lou, namun orang ini punya beberapa orang yang bisa membuatnya “gila”, jadi Charles mengambil langkah lain dibanding langkah yang bersifat personal. Kata Charles : “Jika saya membiarkan dia mendapatkan saya, maka persahabatan akan berakhir. Dan tidak seorangpun dari kami menginginkan hal itu”

Charles mengatakan ia merasa sedih ketika ia menyadari bahwa Lou telah melakukan suatu kejahatan pada hidupnya sendiri. Lou telah memangkas cinta yang ia bisa dapatkan karena ia terlalu keras kepala untuk mau mengampuni, untuk bisa diampuni dan untuk membuat perubahan.

Pelayanan Kasih

Tanpa menyadari hal itu, Lou menjadi katalis bagi pertumbuhan rohani yang baik dalam diri Charles. Charles mengatakan : “Saya memiliki kehidupan yang lebih kaya. Pastinya saya dapat membagikan tentang hal itu. Saya bersyukur pada kasih Tuhan dan kepercayaannya pada saya.” Lou terlihat berbeda dalam hal religius. Mungkin ia pernah merasa marah pada Tuhan. Dia juga merasa buruk tentang dirinya sendiri, tentang kehidupannya – bahkan ia berpikir bahwa ia terlalu sombong untuk mengakui hal itu.

Pada satu kesempatan Lou bersedia berbicara tentang bagaimana keluarganya telah mengecewakannya, namun ia hampir tidak pernah mengatakan tentang kesalahan yang ia lakukan pada keluarganya. Dia menjadi korban yang klasik. Namun Charles tidak menyembunyikan kasihnya. Dengan berjalannya waktu hal itu terulang kembali. Pada kejadian kedua, Lou mengejutkan Charles dengan membeli tiket untuk dua orang untuk menghadiri konser piano dan acara komedi malam bersama komedian Red Skelton.

Lalu pada ulang tahun Lou yang ke-70 sesuatu yang penting terjadi. Charles memesan satu cake dari toko kue dan memberikan satu kata untuk semua pegawai untuk berkumpul di ruang makan untuk bernyanyi “Happy Birthday” bagi Lou dan menikmati potongan kue. Lou tidak punya pikiran apa yang para staff akan lakukan. Lou sepertinya berpikir bahwa ulang tahunnya akan sama dengan hari-hari lainnya seperti banyak tahun yang telah dilewatkannya dalam hidup yang sepi.

Lou hampir pingsan semaput karena kejutan ketika dia berjalan kearah ruang makan hari itu. Balon, gambar warna warni, kue cake yang cantik dan senyum lusinan karyawan menanti kedatangannya.

Charles mengatakan : “Itu adalah saat yang berharga. Saya percaya ada yang berubah didalam diri Lou hari itu. Dari waktu ke waktu dia bersedia bicara tentang apa artinya perayaan itu baginya. Namun masih sulit baginya untuk mengekspresikan perasaan yang sesungguhnya.”

Enam bulan kemudian Charles menerima panggilan dari Debbie, manager HRD di toko itu. Debbie memberitahukan bahwa Lou telah meninggal dengan tenang dalam tidurnya malam sebelumnya. Debbie tahu bahwa Charles haruslah menjadi orang pertama yang mengetahui hal ini. Setiap orang di toko itu tahu hubungan Charles dan Lou tidak sekedar hubungan biasa, namun persahabatan yang spesial.

Charles mengatakan : “Saya belajar pelajaran penting dengan mengamati dengan sederhana kehidupan Lou. Saya berhutang banyak padanya. Saya mengasihi pria ini”. Charles dengan nafas tercekit mengenang sejumlah memori tentang Lou “si tukang gosok sepatu”. “Adalah mudah untuk mengasihinya. Dia hanya punya sedikit cinta dan hal itu tidak pernah membebani saya untuk memberinya sedikit cinta”.

Dengan sedikit cinta kasih, setiap kita bisa menjadi teman bagi mereka yang tidak berteman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar